Kendaraan bermotor mulai ramai melintas jalan-jalan Kota Ternate seiring munculnya matahari yang seolah keluar dari dasar lautan. Fenomena ini bisa kita saksikan dari hotel termewah yang ada di kota itu. Letaknya didataran tinggi menghadap ke laut berhias Gunung Maitara dan Pulau Tidore, membuat decak kagum kepada siapapun yang datang dan menginap.
Begitu banyak potensi yang terkandung pada provinsi yang baru terbentuk tahun 1999, dan Ternate menjadi Ibukotanya. Kota Ternate merupakan salah satu kota tertua di Indonesia. Namanya tercatat dalam Kitab Negarakertagama yang di tulis Mpu Tantular. Sampai saat ini Ternate masih menyimpan cerita sejarah dan budaya yang menjadi bukti kejayaan masa lalu.
Bukti-bukti kejayaan itu kini menjadi objek wisata sejarah yang mengundang rasa penasaran. Diantaranya ada Kedaton Sultan Ternate, dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada 24 Nopember 1810, lokasinya di atas bukit Limau Santosa dan di dalamnya menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah cukup tinggi. Dan Masjid Sultan Ternate, di bangun oleh Sultan Hamzah pada tahun 1633 dengan kombinasi arsitektur Cina dan Jawa kuno.
Sejak dahulu kala Ternate dikenal karena potensi dan posisi geografis yang sangat strategis. Berawal ketika Antonio d’Abreau dan Faransisco Serrao, Kapten kapal dan rombongan Ferdinand Magelland, menyinggahi Bandar Ternate. Sejak itulah tersiar berita keelokan Ternate yang kaya rempah diantara bangsa-bangsa Eropa.
Bahkan sebelumnya pernah menjadi unggulan dalam kanca globalisasi tradisional di jaman keemasan Jalur Sutra di Cina, dengan membangun hubungan perdagangan internasional karena hasil buminya yang sangat terkenal yaitu Pala dan Cengkih (Cengkih Afo adalah bukti Cengkih Tertua di dunia terdapat di Ternate).
Karena potensinya ini Ternate menjadi tujuan utama bangsa-bangsa Eropa untuk menguasai, sehingga banyak peninggalan bangsa Eropa di Ternate yang kini menjadi destinasi yang wajib dikunjungi.
Misalnya Benteng Kalamata (Benteng Santa Lucia) yang dibangun bangsa Portugis tahun 1540 dan dianeksasi Belanda tahun 1609. Benteng ini langsung menghadap ke laut, berada di tepi pantai sehingga kerap di manfaatkan warga setempat untuk santai menikmati keindahan laut biru.
Benteng ini juga memiliki nama lain Kayu Merah, terakhir kali dipugar oleh pemerintah tahun 1994. Sebagai objek wisata, Benteng ini telah dilengkapi dengan fasilitas penunjang. Naiklah ke atas Benteng untuk dapat menikmati pemandangan indah di seberang lautan, kita dapat saksikan keindahan pulau Tidore dan Maitara dari atas Benteng ini.
Ada juga Benteng Tolukko (Toloco) peninggalan Portugis, dibangun pada tahun 1512 oleh Gubernur Jendral Francisco Seereo dan direstorasi pada tahun 1610 oleh Jan Peter Booth. Tujuan didirikannya benteng ini untuk mengawasi kediaman para pemimpin yang berada di sekitar benteng, dan tentunya sebagai pertahanan terhadap serangan musuh.
Benteng yang mempunyai nama lain Holandia ini memiliki tempat pertahanan, tempat istirahat, tempat meriam, dan ruang bawah tanah. Konon dahulu terdapat terowongan bawah tanah, tai sekarang sudah ditutup.
Banyak benteng lainnya yang tersebar di Kota Ternate, maka kota ini pun pernah mendapat julukan sebagai kota benteng. Selain di kota Ternate sendiri, penyebaran benteng yang dibangun para penjajah dahulu juga merambah ke pulau-pulau lainnya. Hampir setiap pulau di Maluku Utara mempunyai sedikitnya satu benteng peninggalan masa lalu.
Benteng Lainnya yang wajib kunjung :
• Benteng Kastela (Kota Ternate)
• Banteng Santo Predo (Ternate)
• Benteng Tahuela (Kota Tidore Kepulauan)
• Benteng Tjobee (Kota Tidore Kepulauan)
• Benteng Peninggalan PD II (Kabupaten Halmahera Timur)
• Benteng Portugis (Kabupaten Halmaera Timur)
• Benteng Bernaveld (Kabupaten Halmahera Selatan)
• Benteng Mauritz (Kabupaten halmahera Selatan)
• Benteng Dervarwaching (Kabupaten Kepulauan Sula)
Sumber :
http://erawisata.com/destinasi/sejarah/ternate-wisata-benteng-kota-tua.html
30 Desember 2009
Minggu, 24 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar